GLASS CEILING: MEMAKNAI REALISASI KUOTA TIGA PULUH PERSEN KADER PEREMPUAN DALAM STRUKTUR KEPENGURUSAN DPD PARTAI GOLONGAN KARYA PROVINSI SUMATERA SELATAN

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana hambatan dan kendala kader perempuan dalam memaknai realisasi kuota tiga puluh persen kader perempuan pada struktur kepengurusan DPD Partai Golongan Karya Provinsi Sumatera Selatan.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif, hal ini dikarenakan data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa rangkaian kata tertulis yang dihasilkan dari wawancara sehingga mampu menggambarkan persoalan yang ada mengenai glass ceiling dalam memaknai realisasi kuota tiga puluh persen kader perempuan pada struktur kepengurusan DPD Partai Golongan Karya Provinsi Sumatera Selatan. Pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan oleh penelitian ini adalah fenomenologi dimana peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia mengenai fenomena tertentu, teknik pengumpulan data dilakukan secara tiga metode yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dilakukan dengan cara mengolah, mendengar, menulis dan menguraikan secara ulang hasil wawancara agar menjadi rangkaian kata berbentuk narasi.
Hasil dari analisis dan temuan selama melakukan penelitian di lapangan menunjukkan bahwa dari segi kuota tiga puluh persen sebagian besar partai politik bisa memenuhi kuota tiga puluh persen, namun teori the glass ceiling masih berlaku dalam ranah politik karena adanya situasional, hambatan sosial, dan hambatan pribadi. Dukungan situasional pada lingkungan sosial di DPD Partai Golongan Karya Provinsi Sumatera Selatan mengakui dan memperhatikan dengan jelas kedudukan perempuan dalam partainya, termasuk dalam struktur kepengurusan. Glass ceiling tetap saja terjadi tetapi hal ini bukan lagi berdasarkan budaya partiarki, melainkan terkait dengan masalah pembagian waktu antara memilih berkarir atau mengurus rumah tangga serta ketersedian dana perempuan untuk maju pada kursi-kursi legislatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai glass ceiling di DPD Partai Golongan Karya Provinsi Sumatera Selatan bahwa tidak lagi terdapat perbedaan hak antara laki-laki dan perempuan, sesuai dengan Undang-Undang yang telah diterapkan sebagai syarat bagi partai politik yang mengikuti kegiatan pemilu. Hambatan sosial dan hambatan pribadi dari perempuan yang membatasi peran perempuan berdampak negatif pada pengembangan potensi mereka, membuat kombinasi antara karier dan tanggung jawab keluarga terasa sulit. Diperlukan upaya yang lebih besar dari Partai Golkar untuk menyediakan dukungan finansial yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi kader perempuan, serta untuk memberikan pendidikan politik dan pelatihan yang memadai guna meningkatkan keterampilan dan motivasi mereka dalam berpolitik.